Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pembelajaran Sosial dan Emosional-Eksplorasi Konsep-Bedah Kasus

Pembelajaran Sosial dan Emosional-Eksplorasi Konsep-Bedah Kasus
Alur pembelajaran Eksplorasi Konsep yang kedua adalah bedah kasus. Dalam pembelajaran ini, CGP diberikan lima kasus yang menuntut analisis berkaitan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional.

Pengantar:

Bapak Eling telah menjadi guru selama lebih dari 5 tahun. Suatu pagi, Bapak Eling merasakan tubuhnya seakan berat untuk bangun dari tidurnya. Dia juga merasa berat untuk berdiri dan bergerak berangkat menuju sekolah. Akhir–akhir ini pun selama berada di dalam kelas, Bapak Eling sering tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak cepat. Pikirannya bercabang-cabang, dan ia sering merasakan dirinya mengalami kecemasan. Saat ini memang selain sibuk mengajar, Bapak Eling juga harus menjadi ketua panitia perayaan 17 Agustus yang akan dilaksanakan di sekolahnya 1 bulan lagi.  Berikut 5 kasus yang terjadi pada Bapak Eling yang pada akhir-akhir ini.

Kasus 1.

Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar 17 Agustus untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran geografi. Sejak pagi, Bapak Eling sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Bapak Eling melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu siswa, Diana, Pak Eling mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Bapak Eling spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?”  Seisi ruang kelas terkejut.  Wajah Diana memerah.  Ia tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu.

Analisis:

  1. Situasi yang dialami Bapak Eling adalah ⟮1) kelelahan mengajar 3 kelas dari pagi, ⟮2) kecewa pada Diana karena tidak mengindahkan instruksi dengan mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan ⟮3) mengalami tekanan karena akan mengadakan rapat besar finalisasi acara.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah: 
    a. Kesadaran Diri-Pengenalan Emosi. Melalui kesadaran diri, Bapak Eling dapat memberi respons terhadap kondisi yang dihadapi dengan lebih tepat. Bapak Eling dapat menerapkan kesadaran penuh melalui teknik STOP ⟮berhenti, Tarik napas dalam, amati, lanjutkan).
    b. Pengelolaan Diri. Meskipun Bapak Eling memiliki banyak tugas, pada saat melakukan pembelajaran seharusnya Bapak Eling mengelola emosi dan fokus pada pencapaian tujuan, yaitu memfasilitasi siswa belajar. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, barulah Bapak Eling beralih ke tugas berikutnya.
    c. Kesadaran Sosial-Keterampilan Berempati. Bapak Eling seharusnya dapat merasakan posisi Diana berada, dan melihat perspektif dari sudu pandang Diana. Mungkin Diana mengerjakan tugas mata pelajaran lain karena kewalahan mengatur jadwal.
  3. Seandainya saya adalah Bapak Eling, saya akan melakukan kesadaran penuh melalui teknik STOP, melakukan pengenalan emosi, pengelolaan diri, dan berempati. Dengan demikian, saya akan dapat mengontrol emosi, tidak membentak Diana, tetapi berbicara dengan pelan, mengingatkan kesepakatan kelas, dan saya fokus pada kegiatan pembelajaran.

Kasus 2: 

Selesai kegiatan belajar-mengajar berakhir, Bapak Eling memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Pak Eling untuk mempelajari perubahan proposal acara.  Pak Eling perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah.  Oleh karena itu, Bapak Eling diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Bapak Eling pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran geografi keesokan harinya. Keesokan paginya, Bapak Eling, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek geografi sehingga proses pembelajaran sempat tersendat. 

Analisis:

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, yaitu merevisi proposal ⟮perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran) dalam waktu singkat, dan melakukan tugas utama mengajar.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling adalah:

a. Kesadaran diri-pengenalan emosi. Dalam melakukan tugasnya sebagai guru dan panitia, Bapak Eling seharusnya melakukannya dengan kesadaran penuh ⟮mindfulness), sehingga apa yang seharusnya dikerjakan tidak terlupakan.

b. Pengelolaan diri. Melalui pengelolaan diri, Bapak Eling dapat mengelola emosi sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.  Bapak Eling dapat menyusun daftar tugas yang harus dikerjakan, yaitu revisi proposan dan mengajar. Dalam menjalankannya, Bapak Eling bisa fokus sehingga hasilnya optimal.

c. Keterampilan berelasi. Agar tugas kepanitiaan tidak menjadi beban, Bapak Eling dapat membagi peran dalam panitia, misalnya meminta tolong pada sekretaris untuk membantu revisi proposal

3. Jika saya sebagai Bapak Eling, saya akan ⟮1) menerapkan kesadaran penuh ⟮mindfulness); ⟮2) mengelola diri, yaitu membuat daftar tugas yang akan dikerjakan agar tidak tercecer; dan ⟮3) Menggunakan keterampilan mengelola tugas  dan peran dalam kelompok, yaitu meminta tolong pada anggota panitia lain untuk mebantu merevisi proposal.

Kasus 3

Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, Bapak Eling menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak Eling memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Bapak Eling bahwa dia sebenarnya merasakan lelah dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena latihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Bapak Eling menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.

Analisis:

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah mengerjakan beberapa tugas bersamaan, kurangnya pengelolaan emosi dan kurangnya kesadaran sosial ⟮empati). Dalam hal mengelola emosi Bapak Eling terlalu terburu-buru menilai bahwa siswa kurang berusaha keras. Padahal sebenarnya Bapak Elinglah yang terlalu banyak mengambil peran dalam panitia sehingga menjadi tertekan. Dalam hal empati, Bapak Eling tidak melihat dari sudut pandang siswa atlet tersebut, yaitu tuntutan Latihan yang padat dan akademik di sekolah yang tidak ringan.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling adalah
    a.Kesadaran Diri-Pengenalan Emosi. Melalui kesadaran diri, Bapak Eling dapat memberi respons terhadap kondisi yang dihadapi dengan lebih tepat. Bapak Eling dapat menerapkan kesadaran penuh melalui teknik STOP ⟮berhenti, tarik napas dalam, amati, lanjutkan).
    b.Pengelolaan Diri. Meskipun Bapak Eling dikejar deadline proposal, namun pada saat mengoreksi pekerjaan siswa seharusnya Bapak Eling mengelola emosi dan fokus pada pencapaian tujuan. Setelah  mengoreksi pekerjaan siswa selesai, barulah Bapak Eling beralih pada proposal, atau fokus pada proposal dulu, setelah selesai baru mengoreksi pekerjaan siswa.
    c.Kesadaran Sosial-Keterampilan Berempati. Bapak Eling seharusnya dapat merasakan posisi siswa atet berada, dan melihat perspektif dari sudu pandang siswa. Siswa sebagai atlet memiliki jadwal Latihan yang padat dan tugas sekolah yang menuntut fokus, sementara fisiknya sudah lelah.
  3. Jika saya sebagai Bapak Eling, yang saya lakukan adalah: ⟮1) menerapkan kesadaran penuh ⟮mindfulness) dalam setiap kegiatan; ⟮2) fokus pada satu kegiatan, misalnya menyelesaiakan proposal dahulu, baru mengoreksi pekerjaan siswa; ⟮3) memandang masalah dari sudut pandang siswa, yaitu banyaknya kegiatan yang dikerjakan memerlukan perlakuan berbeda; dan ⟮4) mengajak siswa atlet melakukan restitusi, tentang apa yang akan dilakukan untuk memenuhi tugasnya.

Kasus 4

Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Bapak Eling mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Bapak Eling dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua murid. Bapak Eling tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Bapak Eling sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Bapak Eling mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Bapak Eling mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil  Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal.

Analisis:

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah kelelahan dan stress akibat beban kerja yang tinggi, hasil pekerjaan tidak optimal, sehingga respons kepala sekolah tidak sesuai harapan, akhirnya tidak mau merevisi kembali. Bapak Eling tidak dapat menyampaikan perasaannya tentang waktu yang mendesak jika harus merevisi kembali proposal tersebut, dan meminta wakil ketua panitia yang melakukannya.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah: 
⟮a) Kesadaran diri-pengenalan emosi. Dalam melakukan tugasnya sebagai ketua panitia, Bapak Eling seharusnya melakukannya dengan kesadaran penuh ⟮mindfulness), sehingga arahan Kepala Sekolah ketika rapat, yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua siswa tidak terlupakan. Dalam menghadapi penolakan, Bapak Eling juga seharusnya menggunakan kesadaran diri, yaitu mengendalikan emosi. 
⟮b) Keterampilan Berelasi. Bapak Eling dapat menggunakan Keterampilan Berelasi, yang meliputi keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif, keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai, dan keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok. Jika hal ini dilakukan, maka komunikasi dengan Kepala Sekolah tidak akan terhambat. Bapak Eling dapat menyampaikan perasaannya bahwa merevisi kembali proposal dan berkoordinasi kembali dengan tim acara akan memakan waktu padahal kegiatan sudah mepet. Kemungkinan Kepala Sekolah akan menyetujui proposal yang diajukan Bapak Eling. 
 
3. Seandainya saya adalah Bapak Eling, saya akan menggunakan kesadaran diri dan pengelolaan diri berbasis minfulness dalam mengerjakan tugas, yaitu fokus pada satu kegiatan, mencatat hal yang harus dilakukan, dan mengerjakan sesuai arahan Kepala Sekolah. Dalam berkomunikasi dan membagi tugas, saya akan mengunakan keterampilan berelasi, yaitu keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif, keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai, dan keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok.

Kasus 5

Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Bapak Eling merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Bapak Eling mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Bapak Eling sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Bapak Eling diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa  acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran ⟮MGMP). Awalnya Bapak Eling merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun saat ini, dia tidak merasa tertantang lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Bapak Eling terpikir untuk menulis surat pengunduran diri. 

Analisis:

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah kelelahan, stress akibat beban kerja yang tinggi, tidak mampu mengelola emosi dan mengelola diri sehingga merasa kewalahan dengan tugas-tugasnya. Bapak Eling juga kurang me-refresh pikiran, perasaan, dan tubuhnya, sehingga mengambil keputusan dengan kurang tepat.
  2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang diperlukan Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah: 
⟮a) Kesadaran diri-pengenalan emosi. Dalam melakukan tugas-tugasnya, Bapak Eling seharusnya melakukannya dengan kesadaran penuh ⟮mindfulness), sehingga dapat mengelola emosi ke arah yang positif. 
⟮b) Pengelolaan Diri. Dengan pengelolaan diri, Bapak Eling yang memikul tugas yang banyak dapat mengerjakan tugas tanpa ketegangan, konsentrasi penuh, dan kesadaran penuh. Dalam waktu-waktu senggang, Bapak Eling dapat mengambil liburan atau rekreasi untuk me-refresh pikiran, perasaan, dan tubuh sehingga dapat mengerjaka tugas dengan baik. 
⟮c) Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam menghadapi masalah, Bapak Eling seharusnya lebih terbuka tentang akar masalah sesungguhnya, menentukan alternatif solusi, memikirkan hasil dan konsekuensi dari alternatif yang ditentukan, mengambil satu alternatif yang diputuskan, dan merefleksi diri.

3. Seandainya saya adalah Bapak Eling, saya akan mengelola diri dengan baik, fokus pada satu kegiatan, membuat daftar prioritas, dan ceklist tugas-tugas, pekerjaan dilakukan dengan kesadaran penuh, tidak tegang, dan dalam konsentrasi penuh sehingga hasilnya optimal. Saya berusaha selalu mempraktikkan teknik STOP dalam menghadapi masalah yang muncul. Untuk mengambil keutusan, saya melakukannya dengan bertanggung jawab, memikirkan matang-matang alternatif-alternatif keputusan beserta konsekuensinya, dan merefleksi diri. Setiap keputusan yang diambil diupayakan tidak merugikan sekolah, rekan kerja, diri sendiri, dan keluarga.

Demikian bedah kasus yang dialami Bapak Eling, semoga bermanfaat.

Salam dan Bahagia.

Post a Comment for "Pembelajaran Sosial dan Emosional-Eksplorasi Konsep-Bedah Kasus"