Eksplorasi Konsep-Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
Ilustrasi:
Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko tampak panik mengingat acaranya yang akan segera dimulai. Pak Amir mengajak Pak Handoko berdiskusi dan berdialog untuk menentukan alternatif jalan yang pernah ditempuh sebelumnya. Pak Amir bertanya mengenai pengalaman yang dimiliki Pak Handoko terhadap pilihan2 jalan alternatif tersebut. Kemudian Pak Amir membantu Pak Handoko untuk melakukan analisis dari setiap jalan alternatif yang memungkinkan diambil agar bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di tempat tujuan tepat waktu.
Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan ⟮action), dan terjadi perubahan ⟮change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Pak Amir yang memerankan diri sebagai coach tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti coachee, melainkan menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan sendiri sesuai dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:
- Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee ⟮Grant, 1999)
- Kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya ⟮Whitmore, 2003)
Prinsip-prinsip coaching berdasarkan pengertian yang telah disajikan adalah:
- Mengenali coachee. Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan pendekatan yang tidak sama. Untuk itu, coach harus mengetahui kepribadian, kelebihan, kekurangan, minat, dan cara belajar coachee.
- Mengoptimalkan potensi. Setiap coachee memiliki potensi yang dapat dikembangkan dengan optimal melalui coaching. Coach harus menguasai cara-cara untuk mengoptimalkan potensi coachee.
- Memberikan alternatif. Dalam proses coaching, seorang coach bisa memberikan alternatif-alternatif atas masalah/kondisi yang dialami oleh coachee. Coachee sendiri yang memutuskan memilih alternatif yang mana.
- Kolaborasi. Coaching adalah sebuah proses kolaborasi antara coach dan coachee. Dalam proses coach terjadi komunikasi intensif, dimana coach berusaha memahami pikiran dan perasaan coachee, dan coachee berupaya menyampaikan masalahnya. Coach membantu coachee dalam belajar dan menemukan solusi, bukan mengajari dan memberi solusi.
- Berorientasi pada solusi. Coaching bertujuan menemukan solusi atas masalah yang dialami coachee. Sehingga, coach harus bisa membantu coachee belajar dari masalah, memperbaiki diri, menemukan alternatif dan konsekuensinya, serta memilih solusi terbaik.
- Sistematis. Coaching akan berlangsung efektif, efisien, dan mencapai tujuan jika dilakukan dengan sistematis.
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Saya pernah menerapkan prinsip-prinsip coaching di sekolah. Ketika ada siswa yang mengalami masalah pada penurunan semangat belajar, sering tidak hadir di sekolah, sehingga hasil belajarnya menurun. Saya mengajak siswa untuk berbicara secara pribadi, agar siswa nyaman menyampaikan kondisi yang dihadapi. Dari pemaparan siswa, saya menarik simpulan bahwa menurunnya semangat belajar disebabkan oleh kurangnya waktu untuk belajar karena membantu orang tua berjualan, sehingga kelelahan. Dari sana, saya mengajak siswa menganalisis alternatif yang bisa ditempuh, misalnya mengurangi waktu untuk membantu orang tua, mengerjakan tugas dan belajar sambil membantu orang tua, dan mengerjakan tugas di perpustakaan sebelum pulang. Dari alternatif tersebut, siswa memilih sesuai kondisinya dengan konsekuensi yang dipertimbangkan.
Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation ⟮ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien ⟮coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto ⟮2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
- Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
- Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
- Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching sebagai coach.
Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai?
- Komunikasi asertif. Dalam berkomunikasi dengan coachee, saya berusaha memahami situasi dan gaya komunikasi coachee, tidak menghakimi, mengunakan kata ‘saya’, agar tidak menyalahkan lawan bicara, melatih Bahasa tubu dan nada suara, mendengarkan dan bertanya, dan berusaha memberikan alternatif solusi dengan bijaksana.
- Menjadi pendengar aktif. Dengan cara memberi perhatian penuh pada lawanbicara, memberikan respons dan Bahasa tubuh yang memperlihatkan bahwa kita mendengarkan, menanggapi perasaan dengan tepat, menegaskan kembali pesan yang disampaikan dengan kalimat sendiri, dan memberikan pertanyaan agar lawan bicara lebih terdorong untuk menyampaikan perasaannya.
- Bertanya efektif. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, pertanyaan tertutup, maupun pertanyaan terbuka.
- Memberi umpan balik. Bertujuan untuk mengapresiasi pencapaian coachee dan memotivasi untuk lebih meningkatkan diri.
Ilustrasi coaching dalam fabel burung hantu dengan sang kancil
Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai?
Burung hantu membantu sang kancil menyeberangi sungai dengan cara menuntun sang kancil untuk menggali potensi yang dimilikinya. Dengan mengetahui poensi dirinya, sang kancil menggunakan potensi diri tersebut untuk menemukan solusi, yaitu mengamati air sungai yang surut dari waktu ke waktu sehingga sang kancil bisa menyeberang dengan mudah. Burung hantu telah membantu sang kancil untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidak mampuannya?
Burung hantu menanggapi pernyataan tentang ketidakmanpuan kancil dengan cara memberi pertanyaan tentang apa saja yang dilihat oleh sang kancil di sungai. Ternyata sang kancil melihat bayangan dirinya, yang memiliki kecerdasan tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil?
Pertanyaan yang diajukan oleh burung hantu adalah pertanyaan efektif, yang mengarahkan sang kancil untuk menggali potensinya. Misalnya:
"Sekarang, coba kamu dekati sungai itu, apa yang kamu lihat di sana?","Apa yang kamu lihat di pantulan itu?",
"APakah kamu melihat seekor ikan?"
"Apakah kamu melihat seekor burung?"
"Lalu apa yang kamu lihat di pantulan itu?"
Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian?
Jika saya sebagai kancil, pertama kali saya akan merasa bingung karena tidak segera diberikan solusi. Kemudian, saya akan diajak menggali potensi di dalam diri, mengembangkannya dengan optimal untuk menemukan solusi. Akhirnya, saya bisa memperoleh solusi dengan bantuan burung hantu.
Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup sabar? Mengapa?
Jika burung hantu adalah guru, dia cukup sabar. Hal ini terluhat dari respons yang diberikan ketika mendengar pernyataan sang kancil bahwa dia gagal terbang dan gagal berenang, kemudian menggali otensi yang dimiliki murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.Perbedaan konseling, mentoring, coaching
Perhatikan video tentang seorang yang menghadai masalah dalam mengemudi berikut.
Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil, seorang konselor menggali masalah-masalah yang dialami konseli di masa lalu.
Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Untuk membantu seorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil, seorang mentor akan memberikan beberapa tips yang membantu, misalnya melengkapi surat-surat kendaraan, menggunakan GPS untuk mengecek lokasi yang dituju. Mentor membagi pengalamannya dengan orang lain.
Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil, coach memberikan pertanyaan-pertanyan yang mendorong kemampuan coache untuk menghadapi masalah yang dihadapinya.
Post a Comment for "Eksplorasi Konsep-Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan"