Ruang Kolaborasi-Budaya Positif
Pembelajaran ketiga dalam alur MERRDEKA adalah Ruang Kolaborasi. Dalam pembelajaran ini, CGP diajak berdiskusi dalam kelompok kecil, 2-3 orang. Dalam diskusi ini, diberikan beberapa kasus untuk dipecahkan.
Saya tergabung dalam kelompok 3 yang membahas kasus 3 dan kasus 4. Saya satu tim dengan Ibu Ni Kadek Widiastrini dan Bapak I Komang Yudiana. Berikut ini kasus yang kami diskusikan beserta analisisnya.
Kasus 3.
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?” Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Gak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab, “Gimana sih Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Gak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.
Analisis Kasus 3
- Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
- Kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
- Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau dikatakan olehnya?
Kasus 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah.
Ibu Kepala Sekolah, Ibu Suti menanyakan Dino tentang Keyakinan Sekolah yang telah disepakati, yaitu tentang sikap saling menghormati. Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun mengangguk.
Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, apa kebutuhan Anto dalam peristiwa ini? Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki pak. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.”
Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah dia bersedia menjahitkan kembali ketiga kancing Anto tersebut? Kesal, Dino menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau gimana menjahit bu.”
Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?”
Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?”
Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”.
Dino menyetujui dan sepanjang siang itu belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir terlihat pada jam pulang sekolah kedua anak laki-laki tersebut sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
Analisis Kasus 4
- Nilai kebutuhan apa yang diperlukan oleh Dino?
- Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh kepala sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
- Dalam kasus tersebut di atas siapa yang dikuatkan, siapa yang mengaitkan ke keyakinan yang lebih tinggi, serta siapa yang dipuaskan? Coba Anda jelaskan jawaban Anda.
Dalam penyelesaian kasus di atas, yang dikuatkan adalah Dino. Dino dikuatkan pada keyakinan sekolah yang telah disepakati, yaitu Saling Menghormati. Karakter Dino dikuatkan setelah dia diberikan tanggung jawab memperbaiki kesalahnya
Yang mengaitkan ke keyakinan yang lebih tinggi adalah Ibu Suti. Ibu Suti mengaitkan keyakinan Dino pada keyakinan yang lebih tinggi, yaitu Bertanggungjawab.
Yang dipuaskan adalah Dino dan Anto. Dino puas karena diperlakukan dengan nyaman, tidak dipojokkan, keyakinannya dikuatkan dan memperoleh pengalaman belajar menjahit. Anto puas karena kebutuhannya terpenuhi. Hal ini terlihat dari kedua anak tersebut pada jam pulang sekolah sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
Berikut presentasi yang dibuat.
Demikian Analisis Kasus pada Ruang Kolaborasi.
Semoga Bermanfaat, Salam dan Bahagia.
Post a Comment for "Ruang Kolaborasi-Budaya Positif"